Cerita Sex Pelacur yang telah mengambil keperjakaan ku

INIDEWA - Setelah sejak siang hari bekerja mengangkut beras kekios tempatnya bekerja Udin nangkring bersama beberapa kuli yang lain. Sudah dua hari anak kampung yang baru 16 tahun itu bekerja. Badannya cukup berisi karena sudah biasa bekerja di sawah membantu bapaknya di kampung. Saat Panceklik dia mencoba mencari tambahan ke kota “X”, dan mendapat pekerjaan di kios beras pak Nurdin. Saat asik melihat kuli lain yang sedang main kartu datang beberapa perempuan yang biasa mangkal disitu dan melayani birahi para kuli dengan bayaran yang memang “murah”, untuk ukuran orang gedean. Seperti biasa dengan suara yang sedikit keras mereka menggoda para kuli itu.

“Wah neng lagi bokek euy, kalo boleh ngutang mah akang mau”, kata salah seorang diantara mereka.
“Wah emang warung nasi, kalo mau maen ya bayar dulu tidak bisa ngutang atuh”, perempuan muda yang bernama Neneng itu menjawab.




Neneng tidak terlalu cantik, badannya bahenol usiannya sudah kepala tiga, janda ditinggal kabur suaminya, “Eh kang itu siapa, anak baru ya?”, kata Neneng saat melihat Udin yang sedikit keheranan melihat kedatangannya.

“iya masih ingusan, dari Garut baru dua hari disini”, Neneng tersenyum genit dan mendekati Udin yang dari tadi melihatnya.
“kenapa jang kok kayak tidak pernah liat perempuan aja”
“Ah enggak teh”, Udin menjawab dengan malu-malu.
“Wah neng anak kecil belon bisa apa-apa mendingan sama saya saja”
“Apa ngutang tidak sudi, mendingan sama barang baru masih orsinil kan asik dapet perjaka, ayo jang ikut saya saja kan bisa ngobrol berdua dari pada di sini sama mereka.”
“Awas jang jangan kena di rayu entar kena sipilis kamu”
“Eh jangan suka nakutin orang ya saya mah rajin ke dokter nggak bakalan kena sipilis udah disuntik tau”, sambil mengacungkan tinjunya Neneng memaki para kuli itu dengan sedikit marah.

Udin agak rikuh juga karena Neneng menggandeng tangannya, kemudian mereka berdua ngobrol disalah satu warung kopi.

“Jang mau nemenin saya gak, tidak usah bayar lah ya…, sekarang kamu anterin saya pulang ayo, ntar saya kasih sesuatu yang enak pisan, mau kan…”

Udin cuma bisa tersenyum dan mengangguk perlahan. Kemudian mereka berjalan berduamenyusuri gang di belakang pasar menuju ke rumah Neneng yang kebetulan dekat dengan pasar. Sampai dirumah Neneng kemudian menyuruh Udin masuk dan kemudian mengunci pintu, Udin sedikit keheranan.

“ayo atuh jangan malu-malu, nggak apa-apa disini mah sudah biasa kayak gini sini”, Kata Neneng.
“Aku ngerti kok kamu belum pernah makanya mau saya ajarin mau kan”, kata Neneng sambil membelai dada Udin yang bidang.Udin hanya diam gemetaran, tidak tahu harus berbuat apa kepalanya mengangguk perlahan.

“Baju kamu dibuka aja ya”, kata Neneng sambil menarik kaos yang dipakai Udin, dan kemudian dia membuka risleting celana yang dipakai Udin.

Dengan bernafsu Neneng mencium bibir Udin yang kebingungan diperlakukan seperti ini, namun karena godaan Neneng Udin juga mulai terbakar birahi. Neneng mendorong Udin ketempat tidur sehingga Udin jatuh terlentang diatas tempat tidur, kemudian Neneng menarik celana Udin sehingga anak itu bugil. Kontol Udin sudah berdiri dan dengan refleks dia menutupi kontolnya itu. Neneng hanya tersenyum melihatnya.

“Wah sama saya sih nggak usah malu-malu udah sering lihat yang kayak gitu..”
Kemudian Neneng membuka bajunya, Udin makin salah tingkah melihat ada wanita yang bugil didepan dia. Kemudian neneng naik ke tempat tidur dan menciumi bibir, dada dan menggigit puting uding.

“ahhh aduh geli teh”, Udin mendesah kegelian diperlakukan seperti itu.
“Sekarang aja ya dimasukin sama teteh.”
Neneng memengang kontol Udin dan mengarahkannya ke memeknya. Udin melihatnya masih dengan badan gemetaran.

“akhhh…” Udin mendesah saat kontolnya masuk kedalam memek Neneng, matanya terpejam menikmati sensasi yang baru dia rasakan di kontolnya.

“akhh…sss enak kan Din,” Neneng bergerak naik turun sambil meremas-remas susunya.
Udin merem-melek menikmati goyangan Neneng, kontolnya serasa dipijat dan disedot di dalam memek Neneng, kemudian pantatnya mulai naik turun mengikuti gerakan Neneng dan tangannya meremas-remas seprei, baru saat Neneng membimbing tangannya ke susu Neneng

“Remas Din… Aakhh”. Udin meremas-remas susu neneng, dan saat susu itu disodorkan kemulutnya Udin mulai mengemutnya persis seperti masih bayi, tapi kemudian berhenti saat Neneng menegakkan badannya.

Neneng masih asik menggoyang pantatnya dan tangannya meremas-remas dada Udin. Udin mulai gelisah tangannya kadang meremas susu, kadang meremas seprei dan kadang memegang pinggang Neneng seolah-olah mengatur agar neneng menekan sedalam mungkin.

“Aduh… teh… Aakh”,Udin mendesah, bicaranya mulai ngaco, nafasnya mulai memburu dan badannya mulai kejang, kepalanya mendongkak keatas, matanya terpejam dan pantatnya mengangkat naik dan crot…crot…crot… Entah berapa kali semburan yang keluar dari kontolnya dan akhirnya Udin terkulai lemas.

“Yaaa kan teteh belum, tapi tidak apa-apa istirahat dulu aja ya”, kata Neneng dengan nada sedikit kecewa, mereka tidur sambil berpelukan.

Saat pagi hari Ujang bangun dan melihat Neneng yang tidur terlentang, dia melihat perempuan itu masih telanjang dan tertarik saat melihat gundukan daging yang ditumbuhi rambut halus, kemudian dia mulai meraba memek Neneng. Saat Neneng merasakan memeknya ada yang mengusap-usap dia terbangun melihat Udin tersenyum dan membiarkan Udin memperlakukannya seperti itu. Udin kemudian naik ke atas tubuh Neneng menindihnya dan mengarahkan kontolnya ke memek Neneng lalu menekannya.

“Akh…ngehh”
“Enak kan Din sss… Akh.. Tekan yang dalem din.. Akhh…”

Udin menggerakkan pantatnya maju mundur dan Neneng Menggoyangkan pinggulnya mengikuti gerakan maju mundur pantat Udin. Hanya desahan yang terdengan dari mulut mereka berdua.

“aduh din…terus… Akh.. Yaaa terus din yang kerasss akhh din yeah…terus akhh…”
“Akh teh udin mau keluarehh akh teh… sss.. Akkkh…ngahouch…”
“Teteh dateng din akh…din… Aouchhh…”

Badan mereka berdua menegang, Neneng mengangkat tinggi-tinggi pantat dan dadanya, sedangkan Udin seperti busur panah, pantanya menekan memek Neneng dan tangannya meremas seprei dan sesaat kemudian mereka terkulai lemas. Kepala Udin rebahan di susu Neneng dan kemudian tidur terlentang di sisi Neneng. Beberapa saat kemudian.

“Din yang tadi gratis tapi kalo mau teteh bersihin sekalian Udin harus bayar yah murah kok cuman 20000 aja.”

Udin hanya mengangguk sambil tersenyum. Kemudian Neneng mulai menjilati seluruh badan Udin dada Udin kemudian turun kebawah. Saat sampai di kontol Udin Neneng menjilati kepala kontoln Udin yang masih sedikit tersisa spermanya yang mulai kering, dan kemudian mengulumnya.
“akh…teh..sss… Aduh..geli… Akhh…”, Udin mendesah dan badannya gemetaran, da kontolnya mulai mengeras lagi.

Neneng terus mengulum kontol Udin sambil mengocoknya. Udin menggerakkan pantatnya naik turun.

“akhh…teh…teehhhh ouch…”
Sperma Udin muncart dimulut Neneng dan sebagian meler keluar dan membasahi kontolnya. Neneng menelan semuanya dan kemudian menjilati sisa-sisa sperma Udin sampai bersih. Setelah mandi Udin membayar uang seperti yang telah dijanjikannya dan kembali pergi ke pasar.

“Din, kamu baru berapa hari kerja disini udah kesiangan, saya tahu kamu kemana, kalo nurut sama bapak mah kamu teh jangan terpengaruh sama perempuan kayak gitu ntar kena penyakit bahaya kan”, Pak Nurdin menasehati Udin.

Udin hanya diam tanpa komentar apa-apa. Tapi karena terlanjur ketagihan Udin sering pergi bersama Neneng dan tanpa disadarinya dia ketularan penyakit dan saat akan berobat Udin tidak mampu menebus obatnya karena uangnya sudah habis untuk mebayar Neneng dan kemudian dia pulang ke kampung dengan perasaan malu yang teramat sangat.. TAMAT.- INIDEWA


Info lebih lanjut hubungi kami di www.inidewa.info
♦ PIN BBM   : D8975889
♦ LINE      : inidewa
♦ Whats App : +85595658445
♦ WE-CHAT   : ini_Dewa
♦ Link Alternatif Resmi : www.inidewa.biz
Ayooo Buruan Menangkan Jackpot Hingga Ratusan Juta Rupiah Hanya Di inidewa.biz


Cerita Sex Menikmati tubuh istri teman sendiri yang luar biasa

INIDEWA - Sahabat baruku adalah seorang fotografer amatiran, meski demikian asap dapurnya bergantung penuh dari hasil fotonya. Hebat juga dengan bermodalkan camera 3 biji dia bisa menghasilkan gambar gambar yang indah2. cukup mengherankan karena dia belum terkenal tetapi kehidupannya cukup mewah, setidak tidaknya 1 BMW meski bukan seri terakhir berdampingan dengan kijang yang sering dipakai dia untuk keliling mencari bahan obyek fotonya.

Istrinya Laura sungguh cantik, sangat fotogenic, tetapi aku lebih melihatnya sebagai wanita sensual dan menggairahkan. Jujur saja aku sering main ke rumahnya dengan alasan ingin tahu lebih jauh dengan fotografi, tetapi sebenarnya aku suka melirik tubuh indah istrinya.

Karena sudah cukup dekat akhirnya dia mengakui bahwa dia menyuplai foto foto yang berkategori soft X untuk konsumsi majalah luar negeri. Luar negeri sangat menyukai tubuh wanita asia karena berkulit lebih bersih dan terlihat sehat, warna coklatnya sangat erotik dimata para bule itu.
Suatu ketika aku diajaknya ke studio pribadinya untuk membantu mengambil gambar soft X ini dengan alasan aku bisa belajar teknik pencahayaannya. Rupanya model pria yang dia pakai adalah bule Australia. Dan model wanitanya adalah istrinya sendiri !!!



Aku sempat bingung melihatnya, dan Adi tersenyum melihat wajahku yang bertanya Tanya. :” hehehe jangan kaget Don, istriku Cuma bergaya di depan kamera saja, gak ada coitus dan lagi di foto nanti tidak menunjukkan alat vital sama sekali. Istriku pakai alat pelindung begitu juga si cowok. Yang penting disini adalah art-nya. Kamu harus bisa melihat dari sisi Art-nya….ok ?
Aku heran banget, bagaimana mungkin dia nggak cemburu.

“Mas memang gak pernah cemburu aku berakting seperti itu, kalo aku sendiri sih ok ok saja. Toh itu cuma untuk art. Dan lagi aku seneng seneng aja di peluk peluk sama cowok cakep kayak gitu…bener kan honey ? Kata Laura sambil mengedipkan mata kirinya ke Adi suaminya.

“Ok Laura come on, kamu harus segera bergaya seperti yang udah kita diskusikan tadi pagi.”
Teriak Adi kepada Laura yang dengan segera melepas pakaiannya di depanku. Terasa wajahku panas karena aku nggak terbiasa melihat wanita bugil terang terangan di depanku.

Dengan tidak canggung, Laura menarik si bule, dan dengan tenang Laura memegang kemaluan si bule, sebenarnya lebih tepat meremas batangnya dan bergaya seakan akan siap meng oral nya. “ Action !!” beberapa kilatan lampu blitz menyadarkan aku untuk segera mengatur posisi.
Posisi selanjutnya Laura ber doggy style, sementar batang raksasa si bule di arahkan ke miss V nya yang sungguh indah. Posisi posisi selanjut sungguh membuat aku mupeng… pusing.
Heran banget Adi sama sekali nggak cemburu.

“Ayolah …ini Art…kamu harus bedain Art dengan pornografi “ Adi berulang kali menjelaskan. Art apaan…menurutku ini pornografi juga.

Don, gue perlu model cowok asia, kayaknya kamu cocok deh, badanmu lumayan bagus, tampong loe juga gak mengecewakan. Loe mau kan ? Dan tampang asia lagi tren di Eropa. Gue lagi banyak orderan, Cuma sampe sekarang belum dapat model cowok yang cocok. Gak ada salahnya loe coba….
F(bip)k…umm aku gak pernah nyentuh cewek Di..ah elu ngapain sih nawarin gue…dan lagi gue gak enak dong sama Laura…”

“Mas Don mikirnya ngeres sih..kan kita nggak ngapa ngapain…kita coba aja ya yuk..”Laura langsung narik tanganku.

Tapi kalo bisa jangan terlalu banyak crew, gue belum terbiasa berbugil ria didepan orang meski cowok.

“Nggak kok Cuma kita bertiga aja, lampu kan bisa kamu yang ngatur, gue mah cuma jepret jepret aja..”Kata Adi.

Gila eh…tempat tidurnya romantis banget, interiornya bener bener sangat mendukung adegan adegan yang bakal kami lakukan.

“Eh Laura…sorry…ummm jujur neh gue belum pernah deket cewek, selain itu gue cowok normal, coba lihat aja belum apa apa punya gue udah berontak neehh “ Bisikku.
“Yeee masih perjaka neeh ceritanya “ Goda Laura, “tenang mas, nanti aku ajarin biar gak blingsatan itu si imut…eh salah ding, si imut ternyata besar juga ya.lebih besar dari punya mas Adi.”

Aku nyengir, merasa wajahku memanas.
“Action !!” Teriak Adi dari teras kamar. Entah mengapa Adi mengambil sudut nya jauh sekali. Mungkin dia ingin seluruh interior masuk ke dalam frame gambar, atau dia ingin fotonya berbingkai pintu kamar, entahlah…

Sesuai skenarion yang sudah kami diskusikan aku mulai mengambil posisi, Laura tidur di atas tempat tidur sementara aku memegang kedua pahanya, berpura pura bercinta dengan gaya konvensional. 2-3 adegan yang mengalir benar benar membuatku pusing, terlebih akting Laura sungguh natural. Terkadang dengan sengaja dia menyentuh atau meletakkan kepalanya di pahaku dan bibirnya Cuma berjarak 5 cm dari pangkal batangku. Terus terang aku setengah mati menahan agar tidak muncrat. Tapi tentu saja itu tidak bisa bertahan lama, aku pikir lebih baik aku sampaikan ke Laura daripada timbul kejadian yang memalukan, setidak tidaknya dia tidak perlu harus terkejut kalau itu terjadi.

“Laura…eh Laura…” Suaraku serak. “hmmm aku minta maaf sebelumnya seandainya aku nanti gak kuat ..sorry aku belum pernah seheboh ini.”

“Tenang mas…asal nanti kalo mau keluar cepet bilang ya..” Bisik Laura sambil sedikit menyantuh pangkal batangku.

“Coba kalian ber doggy style, Laura kamu lurus menghadap ke kamera” teriak Adi dari kejauhan.
Tenang mas…tempelin aja gak papa kok. Eh pelindung nya dilepas aja ya supaya kesannya natural. “ Bisik Laura bergetar.

Hmmm apakah Laura sedikit terangsang pikirku bertanya Tanya. Aku selipkan batangku di sela sela pahanya dengan posisi doggy style. Aaahh gila ternyata Laura malah menjepit batangku dengan pahanya. Kehangatan miss Vnya benar benar membuatku panas dingin.

“ Action…ahhh Laura acting wajahmu kamu kurang natural, ulangi…please. Don kamu gak bisa acting lebih bagus ? Ok action !!!

Ah kalian ini bagaimana sih, masa acting mudah begitu gak bisa… Come on Laura…serius..!!! professional dong !!! Adi ngomel ngomel.

Kami harus retake sampe 5 kali untuk adegan yang sama.
“ahhhh mas Adi,,gue capek dong diulang ulang begini !! “ protes Laura.
Dengan merengut Laura mengambil posisi lagi masih dengan doggy style: “Eh mas Don, adegan ini coba lebih dihayati yuukk. Mas Don nurut aja ya sama Laura.”
“Ok Action !!” Teriak Adi.

Tiba tiba Laura menarik batangku lebih dekat dan yang mengejutkan dia menekan pahaku dengan kakinya, tentu saja kepala batangku mendesak miss V Laura yang hangat.

“Masukkan saja mas…mas Adi gak ngeliat kok… masukkan mas cepetan…” Bisik Laura.
Karena aku terlihat ragu, tangan Laura segera meraih batangku dan menekannya masuk. Laura langsung melenguh, maklum batangku termasuk besar. Dengan menggerakkan tubuhnya mau tidak mau, batangku keluar masuk ke miss Vnya berkali kali, membuatku terkaget kaget, badanku meremang panas dingin. Ternyata begini rasanya bercinta.

“Keluar masukkan agak cepat mas…ayo…gak papa kok…” Bisik Laura mendesak sambil sedikit merintih, giginya sedikit menggigit bibir bawahnya..

“Good !!! acting yang bagus ..!!! ini baru professional namanya !! teriak Adi dari jauh.
“Tenang mas Don, …mas Adi gak tahu kalo masuk beneran. Abis dia marah marah melulu… agak ditekan dong please…agak cepat ahhh ahhh nikmat mas..ayo sambil remas dadaku ahhh…” Laura mulai meracau.

“Laura….ooooh…nikmat banget…aduh ..gimana neeeh kalo keluar…” Bisikku panik.
Keluarin aja di dalem mas…gak papa…ahhh enak banget sehhh punya mas Don..ayo mas kurang nekan…Rintih Laura.
Karena sudah di beri ijin aku tidak ragu ragu menyemprotkan spermaku dalam dalam. Gila !! luar biasa sekali rasanya.

“Ahhh udah gak perjaka lagi neeh” Laura tersenyum. “ Sepertinya harus kita lanjutkan setelah ini..” bisik Laura.

“Mas Adiiii…break dulu ya …aku mau pipis !!!” Laura langsung lari ke belakang agar sperma yang didalam tidak meleleh keluar. Sementara aku hanya melongo terkaget kaget melihat gerak cepatnya. Buru buru aku menarik handuk di dekatku menutupi batangku yang basah.

“Ok…kita break dulu, abis ini lanjut ya!!!” Kata Adi…
”Eh Don kenapa wajah loe pucat begitu…? Loe gak sampe ejakulasi kan ? Gue potong batang loe kalo sampe muncrat ke bini gue..”Kata Adi bercanda.
Hhhhh Adi…coba kalo kamu tahu.. TAMAT.- INIDEWA


Info lebih lanjut hubungi kami di www.inidewa.info
♠ PIN BBM   : D8975889
♠ LINE      : inidewa
♠ Whats App : +85595658445
♠ WE-CHAT   : ini_Dewa
♠ Link Alternatif Resmi : www.inidewa.biz
Ayooo Buruan Menangkan Jackpot Hingga Ratusan Juta Rupiah Hanya Di inidewa.biz


Cerita Sex bercinta dengan papa tiri tersayang

INIDEWA - Perkenalkan namaku Vina, usiaku 16 tahun. Aku sekarang duduk di kelas II SMU di Medan. Aku punya pengalaman pertama merengkuh surga dunia. Tetapi semua itu kulakukan dengan papa tiriku. Pengalamanku ini sebagai referensi buat teman-teman yang lain. Aku tahu kalau perbuatan ini salah, tetapi aku tidak tahu bagaimana menghentikannya.

Baiklah, ceritaku begini. Suatu hari aku mendapat pengalaman yang tentunya baru untuk gadis seukuranku. Oya, aku gadis keturunan Cina dan Pakistan. Sehingga wajar saja kulitku terlihat putih bersih dan satu lagi, ditaburi dengan bulu-bulu halus di sekujur tubuh yang tentu saja sangat disukai lelaki. Kata teman-teman, aku ini cantik lho.




Memang siang ini cuacanya cukup panas, satu persatu pakaian yang menempel di tubuhku kulepas. Kuakui, kendati masih ABG tetapi aku memiliki tubuh yang lumayan montok. Bila melihat lekuk-lekuk tubuh ini tentu saja mengundang jakun pria manapun untuk tersedak. Dengan rambut kemerah-merahan dan tinggi 167 cm, aku tampak dewasa. Sekilas, siapapun mungkin tidak percaya kalau akuadalah seorang pelajar. Apalagi bila memakai pakaian casual kegemaranku. Mungkin karena pertumbuhan yang begitu cepat atau memang sudah keturunan, entahlah. Tetapi yang jelas cukup mempesona, wajah oval dengan leher jenjang, uh.. entahlah.

Pagi tadi sebelum berangkat ke sekolah, seperti biasanya aku berpamitan dengan kedua orangtuaku. Cium pipi kiri dan kanan adalah rutinitas dan menjadi tradisi di keluarga ini. Tetapi yang menjadi perhatianku siang ini adalah ciuman Papa. Seusai sarapan pagi, ketika Mama beranjak menuju dapur, aku terlebih dahulu mencium pipi Papa. Papa Robi (begitu namanya) bukan mencium pipiku saja, tetapi bibirku juga. Seketika itu, aku sempat terpaku sejenak. Entah karena terkejut untuk menolak atau menerima perlakukan itu, aku sendiri tidak tahu.

Papa Robi sudah setahun ini menjadi Papa tiriku. Sebelumnya, Mama sempat menjanda tiga tahun. Karena aku dan kedua adikku masih butuh seorang ayah, Mama akhirnya menikah lagi. Papa Robi memang termasuk pria tampan. Usianya pun baru 38 tahun. Teman-teman sekolahku banyak yang cerita kalau aku bersukur punya Papa Robi.

“Salam ya sama Papa kamu..” ledek teman-temanku.
Aku sendiri sebenarnya sedikit grogi kalau berdua dengan Papa. Tetapi dengan kasih sayang dan pengertian layaknya seorang teman, Papa pandai mengambil hatiku. Hingga akhirnya aku sangat akrab dengan Papa, bahkan terkadang kelewat manja. Tetapi Mama tidak pernah protes, malah dia tampak bahagia melihat keakraban kami.

Tetapi ciuman Papa tadi pagi sungguh diluar dugaanku. Aku memang terkadang sering melendot sama Papa atau duduk sangat dekat ketika menonton TV. Tetapi ciumannya itu lho. Aku masih ingat ketika bibir Papa menyentuh bibir tipisku. Walau hanya sekejab, tetapi cukup membuat bulu kudukku merinding bila membayangkannya. Mungkin karena aku belum pernah memiliki pengalaman dicium lawan jenis, sehingga aku begitu terkesima.

“Ah, mungkin Papa nggak sengaja..” pikirku.
Esok paginya seusai sarapan, aku mencoba untuk melupakan kejadian kemarin. Tetapi ketika aku memberikan ciuman ke Mama, Papa beranjak dari tempat duduknya dan menuju kamar. Mau tidak mau kuikuti Papa ke kamar. Aku pun segera berjinjit untuk mencium pipi Papa. Respon Papa pun kulihat biasa saja. Dengan sedikit membungkukkan tubuh atletisnya, Papa menerima ciumanku. Tetapi setelah kucium kedua pipinya, tiba-tiba Papa mendaratkan bibirnya ke bibirku. Serr.., darahku seketika berdesir. Apalagi bulu-bulu kasarnya bergesekan dengan bibir atasku. Tetapi entah kenapa aku menerimanya, kubiarkan Papa mengulum lembut bibirku. Hembusan nafas Papa Robi menerpa wajahku. Hampir satu menit kubiarkan Papa menikmati bibirku.

“Baik-baik di sekolah ya.., pulang sekolah jangan keluyuran..!” begitu yang kudengar dari Papa.
Sejak kejadian itu, hubungan kami malah semakin dekat saja. Keakraban ini kunikmati sekali. Aku sudah dapat merasakan nikmatnya ciuman seorang lelaki, kendati itu dilakukan Papa tiriku, begitu yang tersirat dalam pikiranku. Darahku berdesir hangat bila kulit kami bersentuhan.
Begitulah, setiap berangkat sekolah, ciuman ala Papa menjadi tradisi. Tetapi itu rahasia kami berdua saja. Bahkan pernah satu hari, ketika Mama di dapur, aku dan Papa berciuman di meja makan. Malah aku sudah berani memberikan perlawanan. Lidah Papa yang masuk ke rongga mulutku langsung kuhisap. Papa juga begitu. Kalau tidak memikirkan Mama yang berada di dapur, mungkin kami akan melakukannya lebih panas lagi.

Hari ini cuaca cukup panas. Aku mengambil inisiatif untuk mandi. Kebetulan aku hanya sendirian di rumah. Mama membawa kedua adikku liburan ke luar kota karena lagi liburan sekolah. Dengan hanya mengenakan handuk putih, aku sekenanya menuju kamar mandi. Setelah membersihkan tubuh, aku merasakan segar di tubuhku.

Begitu hendak masuk kamar, tiba-tiba satu suara yang cukup akrab di telingaku menyebut namaku.
“Vin.. Vin.., Papa pulang..” ujar lelaki yang ternyata Papaku.
“Kok cepat pulangnya Pa..?” tanyaku heran sambil mengambil baju dari lemari.
“Iya nih, Papa capek..” jawab papa dari luar.
“Kamu masak apa..?” tanya papa sambil masuk ke kamarku.
Aku sempat kaget juga. Ternyata pintu belum dikunci. Tetapi aku coba tenang-tenang saja. Handuk yang melilit di tubuhku tadinya kedodoran, aku ketatkan lagi. Kemudian membalikkan tubuh. Papa rupanya sudah tiduran di ranjangku.
“Ada deh..,” ucapku sambil memandang Papa dengan senyuman.
“Ada deh itu apa..?” tanya Papa lagi sambil membetulkan posisi tubuhnya dan memandang ke arahku.

“Memangnya kenapa Pa..?” tanyaku lagi sedikit bercanda.
“Nggak ada racunnya kan..?” candanya.
“Ada, tapi kecil-kecil..” ujarku menyambut canda Papa.
“Kalau gitu, Papa bisa mati dong..” ujarnya sambil berdiri menghadap ke arahku.
Aku sedikit gelagapan, karena posisi Papa tepat di depanku.
“Kalau Papa mati, gimana..?” tanya Papa lagi.
Aku sempat terdiam mendengar pertanyaan itu.
“Lho.., kok kamu diam, jawab dong..!” tanya Papa sambil menggenggam kedua tanganku yang sedang memegang handuk.

Aku kembali terdiam. Aku tidak tahu harus bagaimana. Bukan jawabannya yang membuatku diam, tetapi keberadaan kami di kamar ini. Apalagi kondisiku setengah bugil. Belum lagi terjawab, tangan kanan Papa memegang daguku, sementara sebelah lagi tetap menggenggam tanganku dengan hangat. Ia angkat daguku dan aku menengadah ke wajahnya. Aku diam saja diperlakukan begini. Kulihat pancaran mata Papa begitu tenangnya. Lalu kepalanya perlahan turun dan mengecup bibirku. Cukup lama Papa mengulum bibir merahku. Perlahan tetapi pasti, aku mulai gelisah. Birahiku mulai terusik. Tanpa kusadari kuikuti saja keindahan ini.

Nafsu remajaku mulai keluar ketika tangan kiri Papa menyentuh payudaraku dan melakukan remasan kecil. Tidak hanya bibirku yang dijamah bibir tebal Papa. Leher jenjang yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu pun tidak luput dari sentuhan Papa. Bibir itu kemudian berpindah ke telingaku.

“Pa..” kataku ketika lidah Papa masuk dan menggelitik telingaku.
Papa kemudian membaringkan tubuhku di atas kasur empuk.
“Pa.. nanti ketahuan Mama..” sebutku mencoba mengingatkan Mama.
Tetapi Papa diam saja, sambil menindih tubuhku, bibirku dikecupnya lagi. Tidak lama, handuk yang melilit di tubuhku disingkapkannya.

“Vina, tubuh kamu sangat harum..” bisik Papa lembut sambil mencampakkan guling ke bawah.
Dalam posisi ini, Papa tidak puas-puasnya memandang tubuhku. Bulu halus yang membalut kulitku semakin meningkatkan nafsunya. Apalagi begitu pandangannya mengarah ke payudaraku.
“Kamu udah punya pacar, Vin..?” tanya Papa di telingaku.

Aku hanya menggeleng pasrah.
Papa kemudian membelai dadaku dengan lembut sekali. Seolah-olah menemukan mainan baru, Papa mencium pinggiran payudaraku.

“Uuhh..,” desahku ketika bulu kumis yang dipotong pendek itu menyentuh dadaku, sementara tangan Papa mengelus pahaku yang putih. Puting susu yang masih merah itu kemudian dikulum.
“Pa.. oohh..” desahku lagi.
“Pa.. nanti Mamm..” belum selesai kubicara, bibir Papa dengan sigap kembali mengulum bibirku.
“Papa sayang Vina..” kata Papa sambil memandangku.

Sekali lagi aku hanya terdiam. Tetapi sewaktu Papa mencium bibirku, aku tidak diam. Dengan panasnya kami saling memagut. Saat ini kami sudah tidak memikirkan status lagi. Puas mengecup putingku, bibir Papa pun turun ke perut dan berlabuh di selangkangan. Papa memang pintar membuatku terlena. Aku semakin terhanyut ketika bibir itu mencium kemaluanku. Lidahnya kemudian mencoba menerobos masuk. Nikmat sekali rasanya. Tubuhku pun mengejang dan merasakan ada sesuatu yang mengalir cepat, siap untuk dimuntahkan.

“Ohh, ohh..” desahku panjang.
Papa rupanya tahu maniku keluar, lalu dia mengambil posisi bersimpuh di sebelahku. Lalu mengarahkan tanganku ke batang kemaluannya. Kaget juga aku melihat batang kemaluannya Papa, besar dan tegang. Dengan mata yang sedikit tertutup, aku menggenggamnya dengan kedua tanganku. Setan yang ada di tubuh kami seakan-akan kompromi. Tanpa sungkan aku pun mengulum benda itu ketika Papa mengarahkannya ke mulutku.

“Terus Vin.., oh.. nikmatnya..” gumamnya.
Seperti berpengalaman, aku pun menikmati permainan ini. Benda itu keluar masuk dalam mulutku. Sesekali kuhisap dengan kuat dan menggigitnya lembut. Tidak hanya Papa yang merasakan kenikmatan, aku pun merasakan hal serupa. Tangan Papa mempermainkan kedua putingku dengan tangannya.

Karena birahi yang tidak tertahankan, Papa akhirnya mengambil posisi di atas tubuhku sambil mencium bibirku dengan ganas. Kemudian kejantanannya Papa menempel lembut di selangkanganku dan mencoba menekan. Kedua kakiku direntangkannya untuk mempermudah batang kemaluannya masuk. Perlahan-lahan kepala penis itu menyeruak masuk menembus selaput dinding vaginaku.

“Sakit.. pa..” ujarku.
“Tenang Sayang, kita nikmati saja..” jawabnya.
Pantat Papa dengan lembut menekan, sehingga penis yang berukuran 17 cm dan berdiameter 3 cm itu mulai tenggelam keseluruhan.

Papa melakukan ayunan-ayunan lagi. Kuakui, Papa memang cukup lihai. Perasaan sakit akhirnya berganti nikmat. Baru kali ini aku merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Pantas orang bilang surga dunia. Aku mengimbangi kenikmatan ini dengan menggoyang-goyangkan pantatku.
“Terus Vin, ya.. seperti itu..” sebut Papa sambil mempercepat dorongan penisnya.
“Papa.. ohh.., ohh..” renguhku karena sudah tidak tahan lagi.
Seketika itu juga darahku mengalir cepat, segumpal cairan putih meleleh di bibir vaginaku. Kutarik leher Papa hingga pundaknya kugigit keras. Papa semakin terangsang rupanya. Dengan perkasa dikuasainya diriku.

Vagina yang sudah basah berulangkali diterobos penis papa. Tidak jarang payudaraku diremas dan putingku dihisap. Rambutku pun dijambak Papa. Birahiku kembali memuncak. Selama tiga menit kami melakukan gaya konvensional ini. Tidak banyak variasi yang dilakukan Papa. Mungkin karena baru pertama kali, dia takut menyakitiku.

Kenikmatan ini semakin tidak tertahankan ketika kami berganti gaya. Dengan posisi 69, Papa masih perkasa. Penis Papa dengan tanpa kendali keluar masuk vaginaku.
“Nikmat Vin..? Ohh.. uhh..” tanyanya.
Terus terang, gaya ini lebih nikmat dari sebelumnya. Berulangkali aku melenguh dan mendesah dibuatnya.
“Pa.. Vina nggak tahan..” katakuku ditengah terjangan Papa.
“Sa.. sa.. bar Sayang.., ta.. ta.. han dulu..” ucap Papa terpatah-patah.
Tetapi aku sudah tidak kuat lagi, dan untuk ketiga kalinya aku mengeluarkan mani kembali.
“Okhh.. Ohkk.. hh..!” teriakku.

Lututku seketika lemas dan aku tertelungkup di ranjang. Dengan posisi telungkup di ranjang membuat Papa semakin belingsatan. Papa semakin kuat menekan penisnya. Aku memberikan ruang dengan mengangkat pantatku sedikit ke atas. Tidak berapa lama dia pun keluar juga.

“Okhh.. Ohh.. Ohk..” erang Papa.
Hangat rasanya ketika mani Papa menyiram lubang vaginaku.
Dengan peluh di tubuh, Papa menindih tubuhku. Nafas kami berdua tersengal-sengal. Sekian lama Papa memelukku dari belakang, sementara mataku masih terpejam merasakan kenikmatan yang baru pertama kali kualami. Dengan penis yang masih bersarang di vaginaku, dia mencium lembut leherku dari belakang.

“Vin, Papa sayang Vina. Sebelum menikahi Mamamu, Papa sudah tertarik sama Vina..” ucap Papa sambil mengelus rambutku.

Mama dan adikku, tiga hari di rumah nenek. Selama tiga hari itu pula, aku dan Papa mencari kepuasan bersama. Entah setan mana yang merasuki kami, dan juga tidak tahu sudah berapa kali kami lakukannya. Terkadang malam hari juga, walaupun Mama ada di rumah. Dengan alasan menonton bola di TV, Papa membangunkanku, yang jelas perbuatan ini kulakukan hingga sekarang.. TAMAT.- INIDEWA


Info lebih lanjut hubungi kami di www.inidewa.info
♥ PIN BBM   : D8975889
♥ LINE      : inidewa
♥ Whats App : +85595658445
♥ WE-CHAT   : ini_Dewa
♥ Link Alternatif Resmi : www.inidewa.biz
Ayooo Buruan Menangkan Jackpot Hingga Ratusan Juta Rupiah Hanya Di inidewa.biz


Cerita Sex Kenikmatan yang di berikan tante semok di kamar hotel

INIDEWA - Pertama kali aku bekerja, aku mendapatkan posisi sebagai petugas kebersihan kamar hotel, saat itulah cerita ini dimulai, terus terang aku bukan si jelek atau si tampan, tapi sedap dipandang mata kata ibuku (boleh dong memuji diri sendiri), keluargaku bukan “orang berpunya” dan aku juga tak pandai berkata-kata, mungkin itu pula sebabnya aku jadi sering kikuk, minder kalau bertemu dengan seorang wanita, apalagi wanita itu cantik dan aku tertarik padanya, duh! pasti aku tak ubahnya sebuah patung yang bisa berkeringat!

Bisa ditebak, bahwa aku belum pernah merasakan yang namanya pacaran! ah kacian deh gue, tapi tunggu dulu! bukan berarti aku tidak tertarik dengan sex, justru libidoku termasuk tinggi, dibuktikan saat aku membersihkan sebuah kamar yang dihuni oleh pasangan pria dan wanita, pastilah orang lain akan geli melihatku, karena rudalku mengeras, membatu, membesar tanpa terkendali membayangkan pergumulan penuh birahi diantara mereka, hingga aku tidak bisa bekerja dengan posisi berdiri tegak, badanku agak membungkuk bukan karena sopan, tapi aduh! malu kalau ketahuan horny.




Suatu hari aku membersihkan kamar hotel yang dihuni 4 orang ABG yang sedang berlibur di Jakarta, mereka berasal dari pulau Sulawesi, wuih! kulit mereka putih bersih bersinar, tinggi 160an membuat mereka terlihat semampai dengan berat 47an, lincah, cantik, aih sungguh menggemaskan dengan usia meranum. ‘Sweetseventen’.

Siang itu mereka sudah melesat ke mall, meninggalkan kamar dengan berbagai atribut ABGnya yang berserakan diseantero kamar.

“Ah anak manja! apa susahnya sih merapikan barangnya sendiri,” pikirku sambil geleng kepala, setelah kurapikan kamarnya, tiba saatnya aku membersihkan kamar mandi.
“Hah, berantakan juga rupanya!”

Terlihat baju-baju bergoyang-goyang di belakang pintu kamar mandi saat aku masuk ke dalam dan kututup pintu kamar mandinya, goyangan itu membuat celana dalam dan BH yang berada di balik baju-baju itu tersembul menggoda, berwarna cerah dan bermotif lucu-lucu. Sikat gigi, sabun mandi, handuk tergeletak begitu saja, mereka benar-benar ingin bersenang-senang hingga tak ada waktu buat sedikit merapikan kamar, “Toh akan ada yang membereskan,” begitu mungkin pikirnya.

Semua sudah kembali ke tempatnya, kecuali baju kotor, CD dan BH aku biarkan di gantungan, ‘malu ah!’ menyentuhnya, seakan ada getaran aneh, seakan-akan mereka sendiri yang dihadapanku, tetapi kemudian rasioku bekerja menyadarkanku bahwa itu hanyalah seonggok pakaian.

“Hei! kenapa malu, meskipun kau cium pun tak akan berteriak!” begitu bunyi kepalaku saat memandang segitiga-segitiga lucu dan kacamata mungil penutup dada itu.

Sesaat aku memandangnya lagi, dan mulai tergoda untuk menjamahnya, tanpa sadar tanganku bergerak meraihnya untuk sekedar mengelusnya, tanganku bergetar hebat saat memegangnya lalu tiba-tiba muncul perasaan horny yang meluap-luap hingga aku mulai mengendus, mencium celana dalam warna putih yang berhiaskan bunga-bunga kecil itu dengan birahi yang menggelora. Ooh! betul-betul birahiku memuncak saat kuhirup dalam-dalam aroma kewanitaan para gadis belia itu, kupenuhi rongga dadaku seakan tak ingin kusisakan ruang kosong paru-paru ini tanpa wangi tubuh dan keringat sedap yang menempel di CD dan BH itu. Kakiku terasa lemas sementara batangku semakin mengeras.

Kuremas-remas dengan gemas dan sekali lagi kuhirup dalam-dalam kesegaran aroma keringat yang melekat erat di celana dalam dan BH itu, aku jadi ingat saat para gadis itu bererobik tadi pagi, “mmhh.. Mmhh aah ssh.. ” aku bernafas dengan hidung tertutup kain berenda itu, secuil aroma pipis menambah rasa birahiku menjadi-jadi, seakan aku benar-benar melumat vagina para gadis itu.
Aku semakin larut dengan fantasiku, celana dalam dan BH kotor yang digantungan sebanyak 4 pasang plus baju-baju kotor dengan wangi badan penuh sensasi gadis remaja membalut seluruh tubuhku yang tanpa sadar sudah polos telanjang! Benar!, seolah aku bersetubuh dengan mereka, berempat sekaligus, aku tersandar di dinding kamar mandi sambil mengusap-usapkan ke penisku dengan lembut celana dalam tipis itu bergantian dengan tangan kiriku sambil terus beronani, tangan kananku membenamkan BH dengan bau asam keringat yang segar itu ke hidungku, sementara kaos-kaos centil yang saat dipakai akan memamerkan ketiaknya yang putih bersih dan tak cukup untuk menutupi keindahan perut dan pusar pemakainya itu kututupkan diseluruh tubuhku yang terus bergetar hebat.

Kulihat bagian CD yang menyempit diselangkangan, terdapat noda-noda samar dan lendir bening tipis diatasnya, kuhirup dengan nikmat! kujilat, kuhisap seolah menjilat vaginanya dengan gemas, agak asin rasanya. Kulahap dengan ganas, kutarik, kugigit, oohh nikmatnya..

Kubentangkan CD yang mungil itu dan kutempelkan bagian selangkangan penutup vagina itu di penisku, woow! besarnya kotolku terlihat tak sebanding dengan lebar penutup vagina dibagian bawah celana dalam itu, rudalku terlihat terlalu besar untuk ukuran selangkangan para gadis itu, nafsuku menjadi meledak membayangkan begitu sesaknya jika rudalku memasuki vaginanya! tiba-tiba badanku bergetar hebat, sensasi yang luar biasa!!, penisku tak kuasa menahan muntahan lahar kenikmatan yang berdenyut-denyut mendesak keluar itu dan “Ah..! ah! nikmat sekali!”. Terasa berliter-liter melesat keluar dibarengi sengatan gairah birahi dan terus kukocok-kocokkan serta kugesek-gesekkan rudalku pada celana dalam dan BH itu hingga getaran yang menyerang seluruh tubuhku membuat diriku terkejang-kejang tak terkendali.

Peluhku berluncuran diseluruh tubuhku, lemas, lega, bercampur aduk membuat rasa sensasi yang luar biasa di benakku, kubiarkan nafasku yang memburu perlahan berangsur normal, setelah beberapa menit terkulai lemas, aku mulai bangun, beranjak merapikan baju-baju kotor para gadis itu yang ikut terlempar berserakan saat aku mencapai orgasme hebat, kubersihkan ledakan dan ceceran lahar yang menempel pada CD dan BH dengan tissue agar tersamar, bagaimanapun aku tak ingin mereka tahu bahwa ‘daleman’ mereka telah kujadikan bulan-bulanan alat pemuas nafsu birahi dan yang pasti supaya mereka tidak curiga sehingga aku tetap bisa leluasa “menikmati” celana dalam dan BH kotor mereka selama menginap di hotel tempatku bekerja.

Sejak saat itulah aku menjadi tergila-gila untuk menciumi celana dalam kotor para gadis, katakanlah ada seorang gadis dengan bodi aduhai, cantik, menarik dan saat duduk roknya terbuka sampai terlihat celana dalamnya atau pada pantatnya terlihat garis celana dalamnya maka aku tidak terlalu tertarik padanya, yang ada di pikiranku justru,

“Andai aku bisa menciumi, menjilati, merasakan kelembutan celana dalamnya ah.. Betapa nikmatnya”.

Celana dalam yang menjadi korbanku pun semakin banyak berjatuhan, aku semakin terobsesi untuk merasakan segala tipe cewek lewat celana dalam dan BHnya, aku merasa sudah ‘ merasakan’ seorang wanita hanya dengan mencumbu dalemannya, bukankah celana dalam dan BH adalah barang yang paling pribadi? seolah dengan mendapatkannya aku pun telah menikmati tubuhnya.

Mulai dari wanita pribumi sampai dengan wanita bule kuperkosa dalemannya, ada yang aku ambil dari kopernya, cantelan kamar mandi, dan sebagainya. Aku tidak tertarik jika wanita itu sedang mens (soalnya enggak ada aromanya, pake softex sih), sehabis atau sebelum mens juga males! kurang menggairahkan aromanya, wanita yang habis ditiduri (merasa didahului), gemuk!, terlalu jorok, yang jelas aku suka yang sehabis dipakai wanita muda dan model CD atau BHnya tidak aneh-aneh.

Juga yang paling aku sukai adalah cara penyimpanannya karena kadang CD atau BH setelah dipakai dan belum dicuci tersebut disimpan rapi jali, tersembunyi sekali, menjadikan aku berdebar-debar saat mencarinya, ada sensasi tersendiri setelah agak susah mencarinya. Pernah suatu ketika aku mencarinya sampai isi tas aku ubek-ubek, ada duit 10 jeti disimpan disitu, ah tapi aku tak tertarik tuh! Gile ya.. Aku lebih senang si segitiga itu! Akhirnya tetap juga tidak aku temukan, hingga aku baru tahu, ternyata dia memakai segitiga yang dibikin dari kertas tissu yang banyak dijual di swalayan, waah! Dan dibuang di tempat sampah, ini juga aku tidak suka, aku lebih suka kain biasa yang mungkin di benakku terlintas bahwa celana dalam tissue tidak mempunyai nilai historis, pakai sekali langsung buang!

Kebiasaanku semakin parah saat aku bertugas di laundry, yang tadinya aku perlu mengetahui siapa pemilik celana dalam dan BH itu, agar pada saat berfantasi benar-benar nyata, maka sekarang celana dalam dan BH wanita siapapun asal ukurannya tidak besar, tidak sedang haid, dan baru saja dipakai, menjadi santapanku saat membongkar laundry bag. Aku mempunyai ruangan tersendiri yang bisa kukunci, sehingga aku dengan santainya membawa celana dalam dan BH itu keruanganku, biasanya kulakukan saat malam hari, wah kadang ada belasan celana dalam dan BH dalam semalam! berwarna-warni, menggairahkan! sampai-sampai aku perlu membuat catatan dahulu, supaya tidak tertukar-tukar saat mengembalikan ke dalam keranjangnya masing-masing.

Aku semakin bertambah berani dengan menyemprot CD dan BH itu dengan lahar kenikmatanku (toh pemiliknya tidak bakalan tahu), aku merasa puas saat melihat CD dan BH yang tak berdaya itu berbasah-basah dengan spermaku.

Apakah semua itu aneh? Apakah kebiasaan itu bisa hilang setelah aku berpacaran atau menikah? Ah.. Sudahlah yang penting sekarang libidoku tersalurkan supaya tidak jerawatan dan tidak menjadi pemerkosa yang sebenarnya. Aku merasa dengan daleman wanita untuk beronani perasaanku menjadi lebih santai (mungkin karena tidak akan ada penolakan, protes atau semacamnya, merasa bebanku lebih ringan karena tidak ada pihak yang dirugikan toh aku bermain dengan fantasi, lebih pribadi karena aku lebih tahu fantasi apa yang kusukai, aku merasa cukup hanya dengan mendapatkan ‘daleman’ wanita, serasa aku berhasil melumat kewanitaanya tanpa harus berkenalan, pendekatan dan sebagainya, mungkin karena aku suka minder dihadapan mereka ya? Dan yang pasti lebih murah! karena tinggal nyomot aja.. TAMAT.- INIDEWA


Info lebih lanjut hubungi kami di www.inidewa.info
♦ PIN BBM   : D8975889
♦ LINE      : inidewa
♦ Whats App : +85595658445
♦ WE-CHAT   : ini_Dewa
♦ Link Alternatif Resmi : www.inidewa.biz
Ayooo Buruan Menangkan Jackpot Hingga Ratusan Juta Rupiah Hanya Di inidewa.biz


Cerita Sex Liar nya permainan tante yang cantik dan semok

INIDEWA - Sebelum aku menulis isi dari cerita ini, aku akan memberikan gambaran sekilas tentang tanteku ini. Tingginya sekitar 167-an, lingkar dadanya sekitar 34-an, pinggulnya 32-an, aku menambahkan “an” karena aku kurang tahu pasti besar masing-masing bagian tubuhnya itu.

Kejadian itu terjadi di Denpasar Bali, tahun 1998, aku waktu itu kelas 3 SMU di salah satu SMU di Denpasar. Tapi sekarang aku kuliah di Jakarta di salah satu kampus yang tidak begitu terkenal di Jakarta. Aku memang sudah lama sekali sangat menginginkan tubuh tanteku itu, tapi butuh penantian yang lama, kira-kira sejak aku SMP. Mulailah kuceritakan isinya. Waktu itu sekitar jam 12.30 WITA, matahari benar-benar panasnya minta ampun, terus motorku endut-endutan. Wahhh! benar-benar reseh dah.




Tapi akhirnya aku sampai di kost-kostan, langsung saja aku ganti baju, terus sambil minum air Aqua, wuahhh, segar tenan rek. Lalu tiba-tiba belum kurebahkan badan untuk istirahat handphone-ku bunyi, ternyata dari tanteku, lalu kujawab,
“Halo Tan, ada apa?”
“Kamu cepet dateng ya!” ucap tanteku.
“Sekarang?” tanyaku lagi.
“La iya-ya, masa besok, cepet yah!” ujar tanteku.
Lalu aku bergegas datang ke rumah tanteku itu.

Sesampainya di sana, kulihat rumahnya kok sepi, tidak seperti biasanya (biasanya ramai sekali), lalu kugedor pintu rumah tanteku. Tiba-tiba tanteku langsung teriak dari dalam. “Masuk aja Wa!” teriak tanteku. Oh ya, namaku Dewa. Lalu aku masuk langsung ke ruang TV. Terus aku tanya,
“Tante dimana sih?” tanyaku dengan nada agak keras.
“Lagi di kamar mandi, bentar ya Wa!” sahut tanteku.

Sambil menunggu tanteku mandi aku langsung menghidupkan VCD yang ada di bawah TV, dan menonton film yang ada di situ. Tidak lama kemudian tanteku selesai mandi lalu menghampiri aku di ruang TV. Oh my god! Tanteku memakai daster tipis tapi tidak transparan sih, tapi cetakan tubuhnya itu loh, wuiiihhh! Tapi perlu pembaca ketahui di keluargaku terutama tante-tanteku kalau lagi di rumah pakaiannya seksi-seksi.

Aku lanjutkan, lalu dia menegurku.
“Sorry ya Wa, Tante lama.”
“Oh, nggak papa Tante!” ujarku rada menahan birahi yang mulai naik.
“Oom kemana Tante?” tanyaku.
“Loh Oom kamu kan lagi ke Singaraja (salah satu kota di Bali),” jawab tanteku.
“Memangnya kamu nggak di kasih tau kalo di Singaraja ada orang nikah?” tanya tanteku lagi.
“Wah nggak tau Tante, Dewa sibuk sih,” jawabku.
“Eh Wa, kamu nggak usah tidur di kos-an yah, temenin Tante di sini, soalnya Tante takut kalo sendiri, ya Wa?” tanya tanteku sedikit merayu.

Wow, mimpi apa aku semalam kok tanteku mengajak tidur di rumahnya, tidak biasanya, pikirku.
“Tante kok nggak ikut?” tanyaku memancing.
“Males Wa,” jawab tanteku enteng.
“Ooo, ya udah, terus Dewa tidur dimana Tan?” tanyaku lagi.
“Mmm… di kamar Tante aja, biar kita bisa ngobrol sambil nonton film, di kamar Tante ada film baru tuh!” ujar tanteku.

Oh god! what a miracle it this. Gila aku tidak menyangka aku bisa tidur sekamar, satu tempat tidur lagi, pikirku.

“Oke deh!” sahutku dengan girang.
Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan pukul enam sore.
“Waaa…! Dewaaa…! udah mandi belum?” teriak tanteku memanggil.
“Bentar Tan!” jawabku.

Memang saat itu aku sedang membersihkan motor, melap motor adalah kebiasaanku, karena aku berprinsip kalau motor bersih terawat harga jualnya pasti tinggi. Pada saat itu pikiran kotorku dalam sekejap hilang. Setelah melap motor, aku bergegas mandi. Di kamar mandi tiba-tiba pikiran kotorku muncul lagi, aku berpikir dan mengkhayalkan kemaluan tanteku, “Gimana rasanya ya?” khayalku.
Terus aku berusaha menghilangkan lagi pikiran itu, tapi kok tidak bisa-bisa. Akhirnya aku mengambil keputusan dari pada nafsuku kupendam terus entar aku macam-macam, wah pokoknya bisa gawat. Akhirnya aku onani di kamar mandi. Pas waktu di puncak-puncaknya aku onani, tiba-tiba pintu kamar mandi ada yang mengetuk. Kontan saja aku kaget, ternyata yang masuk itu adalah tanteku. Mana pas bugil, sedang tegang lagi kemaluanku, wah gawat!

“Sibuk ya Wa?” tanya tanteku sambil senyum manja.
“Eh… mmm… so… so… sorry Tan, lupa ngunci,” jawabku gugup.
Tapi sebenarnya aku bangga, bisa menunjukkan batang kemaluanku pada tanteku. Panjang batang kemaluanku pas keadaan puncak bisa mencapai 15 cm, pokoknya “international size” deh.
“Oh nggak papa, cepetan deh mandinya, terus langsung ke kamar ya, ada yang pengen Tante omongin.”

“Oh my god, marah deh Tante, wah gawat nih,” pikirku.
Lalu aku cepat-cepat mandi, terus berpakaian di dalam kamar mandi juga, tidak sempat deh melanjutkan onani, padahal sudah di puncak.
Setibanya di kamar tanteku, aku melihat tante memakai celana pendek, sangat pendek, ketat, pokoknya seksi sekali, terus aku bertanya,
“Ada apa Tan, kayaknya gawat banget sih?” tanyaku takut-takut sambil duduk di atas tempat tidur.
“Enggak, Tante pengen cerita, tentang Oom-mu itu lho,” ujar tanteku.
“Emangnya Oom kenapa Tan?” tanyaku lagi.

Dalam hatiku sebenarnya aku sudah tahu oom itu orangnya agak lemah, jadi aku berharap tante menawarkan kemaluannya padaku. Dengan seksama aku medengarkan cerita tanteku itu.
“Sebenernya Tante nggak begitu bahagia sama Oom-mu itu, tapi dibilang nggak bahagia nggak juga, sebabnya Oom-mu itu orangnya setia, tanggung jawab, dan pengertian, yang bikin Tante ngomong bahwa Tante nggak bahagia itu adalah masalah urusan ranjang,” ujar tanteku panjang lebar.
“Maksud Tante?” tanyaku lagi.

“Ya ampun, masih nggak ngerti juga, maksud Tante, Oom-mu itu kalo diajak begituan suka cepet nge-down, nah ngertikan?” tanya tanteku meyakinkan aku.
“Ooo…” ucapku pura-pura tidak mengerti.
“Mmm… Wa, mau nggak nolongin Tante?” tanya tanteku dengan nada memelas.
“Bantu apa Tan?” tanyaku lagi.
“Kan hari ini sepi, terus Oom-mu kan nggak ada, juga sekarang Tante lagi terangsang nih, mau nggak kamu main sama Tante?” tanya tanteku sembari mendekatkan tubuhnya kepadaku.

Gila! Ternyata benar juga yang aku khayalkan, Tanteku minta! Cihui! ups tapi jangan sampai aku terlihat nafsu juga, pikirku dalam-dalam.
“Tapi Dewa takut Tante, nanti ada yang ngeliat gimana?” ucapku polos.
“Loh…! kan kamu ngeliat sendiri, emang di sini ada siapa? kan nggak ada siapa-siapa,” jawab tanteku meyakinkan.

“Ya udah deh,” ujar tanteku sambil memulai dengan menempelkan tangannya ke kemaluanku yang sebenarnya sudah menegang dari tadi.

“Wow… gede juga ya! Buka dong celanamu Wa!” ujar tanteku mesra.
Lalu kubuka celanaku dengan cepat-cepat, dengan cepat pula tanteku memegang kemaluanku yang sudah over size itu. Sambil mengocok batang kemaluanku dengan tangan kirinya, tangan kanan tanteku memegang payudaranya dan mengeluarkan bunyi-bunyi yang merangsang. “Emf… ehm… mmm… gede banget kemaluanmu Wa!” ujar tanteku.

Aku tidak terlalu mendengarkan omongan tanteku, soalnya aku sudah “over” sekali. Lalu tanteku mulai menempelkan kemaluanku ke mulutnya, dan dengan seketika sudah dilumatnya batang kemaluanku itu.

“Oh God! Eh… eh… ehm… e… nak… Tante… terus Tan…!” ujarku merasakan nikmatnya kuluman tanteku itu. Tanteku lalu merebahkan tubuhku di atas ranjangnya, lalu dengan ganas ia menyedot batang kemaluanku itu, lalu ia memutar tubuhnya dan meletakkan liang kemaluannya di atas mukaku tanpa melepaskan kemaluanku dari mulutnya. Dengan sigap aku langsung menjilat liang kemaluan tanteku. Merasakan itu tanteku mengerang keenakan. “Aaah… Wa… enak… terus Wa… terus jilat…!” erang tanteku keras-keras. Mendengar itu, nafsuku makin bertambah, dengan nafsu yang menggebu jilatan ke kemaluannya kutingkatkan lagi, dan akibatnya tanteku mengalami orgasme yang dahsyat, sampai-sampai mukaku kena semprotan cairan kewanitaannya. “Oh Dewa… Tante sayang kamu… uh… ka.. ka… mu ponakan Tante paling… heee… bat… aaah,” puji tanteku sambil mengerang merasakan nikmat.

Aku merasa bangga karena aku masih bertahan, lalu aku membalikkan tubuh tanteku sehingga ia terlentang. Kuangkat kedua kakinya sehingga terpampanglah liang kemaluannya berwarna pink merekah. Sebelum aku mulai menu utamanya, pertama aku melucuti pakaiannya terlebih dahulu, setelah terbuka, aku mulai memainkan mulutku di puting payudaranya, dan kemaluanku yang telah “over” tadi kuletakkan di atas perutnya sambil menggesek-gesekkannya. Perlahan aku menciumi tubuh tanteku dengan arah menurun, mulai dari puting terus ke perut lalu ke paha sampai akhirnya tiba di bibir kemaluannya. Dengan penuh nafsu aku menjilat, menyedot, sampai menggigit saking gemasnya, dan rupanya tanteku akan mengalami orgasmenya lagi. “Ooohh… Waaa… Tante mau keee… luuu.. aar! Aaah…!” erang tanteku lagi sambil menjambak rambut kepalaku sehingga wajahku terbenam di kemaluannya. “Wa, udah ah, Tante nggak kuat lagi, Oom-mu mana bisa kayak gini, udah deh Wa, lansung aja tante pengen langsung ngerasain itu-mu.”

Tubuhnya kutopang dengan tangan kiri, sementara tangan kiri membimbing batang kemaluanku mencari sarangnya. Melihatku kesulitan mencari liang kemaluan tanteku, akhirnya tanteku yang membimbing untuk memasukkan batang kemaluaku ke liang kemaluannya. Setelah menempel di lubangnya, perlahan kudorong masuk batang kemaluanku, dorongan itu diiringi dengan desahan tanteku. “Egghmm… terus Waa… pelan tapi terus Wa… egghhmm…!” desahan tanteku begitu merangsang. Aku sebenarnya tidak senang dengan permainan yang perlahan. Akhirnya dengan tiba-tiba dorongan batang kemaluanku, kukeraskan sehingga tanteku teriak kesakitan. “Aaahh… Waaa.. saaakitt… pelan-pelan… aargghhh…” teriak tanteku menahan sakitnya itu. Dan tidak percuma, batang kemaluanku langsung terbenam di dalam liang kehormatannya itu. Setelah itu batang kemaluanku, aku maju-mundurkan perlahan, untuk mencari kenikmatan.

Dengan gerakan perlahan itu akhirnya tanteku menikmati kembali permainan itu. “Ah… uh… terus Wa… enak sekali… itu-mu gede sekali… eggghh… lebih enak dari Oom-mu itu… terus Waaa…” erang tanteku keenakan. Lalu lama-lama aku mulai mempercepat gerakan maju-mundur, dan itu mendapat reaksi yang dahsyat dari tanteku, ia juga mulai memainkan pinggulnya, hingga terasa batang kemaluanku mulai berdenyut,

“Tan… saya mauuu… kelu… arrr… nih…!”
“Di dalam aja Waaa… Tante… juugaa… mauuu keeluaaarr… aaarrgghh…!”
Akhirnya kami keluar bersama-sama, kira-kira enam kali semprotan aku mengeluarkan sperma. Aaahh… begitu nikmatnya.

Setelah itu kucabut batang kemaluanku dari liang kemaluan tanteku, terus kuberikan ke mulut tanteku untuk dibersihkan. Dengan ganas tanteku menjilati spermaku yang masih ada di kepala kemaluanku hingga bersih. Setelah itu tanteku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan aku tetap berada di kamar, tiduran melepas lelah. Setelah tanteku selesai membersihkan diri, ia kembali ke kamar dan segera mencium bibirku, lalu ia bilang bahwa selama oom-ku di Singaraja, aku diharuskan tinggal di rumah tanteku dan aku jelas mengiyakan. Lalu tante juga bertanya apakah keadaan kostku bebas, maka kujawab iya. Lalu tante bilang bahwa kalau misalnya oom-ku ada di rumah, terus tanteku ingin main denganku, tanteku akan mencariku ke kost, aku hanya manggut-manggut senang saja.. TAMAT.- INIDEWA


Info lebih lanjut hubungi kami di www.inidewa.info
♠ PIN BBM   : D8975889
♠ LINE      : inidewa
♠ Whats App : +85595658445
♠ WE-CHAT   : ini_Dewa
♠ Link Alternatif Resmi : www.inidewa.biz
Ayooo Buruan Menangkan Jackpot Hingga Ratusan Juta Rupiah Hanya Di inidewa.biz


Cerita Sex Gairah sexs membara mertuaku tersayang

INIDEWA - Perkenalkan dulu namaku Tomy. Sudah satu minggu ini akau berada di rumah sendirian. Istriku, Riris, sedang ditugaskan dari kantor tempatnya bekerja untuk mengikuti suatu pelatihan yang dilaksanakan di kota lain selama dua minggu. Terus terang saja aku jadi kesepian juga rasanya. Kalau mau tidur rasanya kok aneh juga, kok sendirian dan sepi, padahal biasanya ada istri di sisiku. Memang perkimpoian kami belum dikaruniai anak. Maklum baru 1 tahun berjalan. Karena sendirian itu, dan maklum karena otak laki-laki, pikirannya jadi kemana-mana.

Aku teringat peristiwa yang aku alami dengan ibu mertuaku. Ibu mertuaku memang bukan ibu kandung istriku, karena ibu kandung Riris telah meninggal dunia. Ayah mertuaku kemudian kimpoi lagi dengan ibu mertuaku yang sekarang ini dan kebetulan tidak mempunyai anak. Ibu mertuaku ini umurnya sekitar 40 tahun, wajahnya ayu, dan tubuhnya benar-benar sintal dan padat sesuai dengan wanita idamanku. Buah dadanya besar sesuai dengan pinggulnya. Demikian juga pantatnya juga bahenol banget. Aku sering membayangkan ibu mertuaku itu kalau sedang telentang pasti vaginanya membusung ke atas terganjal pantatnya yang besar itu. Hemm, sungguh menggairahkan.




Peristiwa itu terjadi waktu malam dua hari sebelum hari perkawainanku dengan Riris. Waktu itu aku duduk berdua di kamar keluarga sambil membicarakan persiapan perkimpoianku. Mendadak lampu mati. Dalam kegelapan itu, ibu mertuaku (waktu itu masih calon) berdiri, saya pikir akan mencari lilin, tetapi justru ibu mertuaku memeluk dan menciumi pipi dan bibirku dengan lembut dan mesra. Aku kaget dan melongo karena aku tidak mengira sama sekali diciumi oleh calon ibu mertuaku yang cantik itu.

Hari-hari berikutnya aku bersikap seperti biasa, demikian juga ibu mertuaku. Pada saat-saat aku duduk berdua dengan dia, aku sering memberanikan diri memandang ibu mertuaku lama-lama, dan dia biasanya tersenyum manis dan berkata, “Apaa..?, sudah-sudah, ibu jadi malu”.
Terus terang saja aku sebenarnya merindukan untuk dapat bermesraan dengan ibu mertuaku itu. Aku kadang-kadang sagat merasa bersalah dengan Riris istriku, dan juga ayahku mertua yang baik hati. Kadang-kadang aku demikian kurang ajar membayangkan ibu mertuaku disetubuhi ayah mertuaku, aku bayangkan kemaluan ayah mertuaku keluar masuk vagina ibu mertuaku, Ooh alangkah…! Tetapi aku selalu menaruh hormat kepada ayah dan ibu mertuaku. Ibu mertuaku juga sayang sama kami, walaupun Riris adalah anak tirinya.

Pagi-pagi hari berikutnya, aku ditelepon ibu mertuaku, minta agar sore harinya aku dapat mengantarkan ibu menengok famili yang sedang berada di rumah sakit, karena ayah mertuaku sedang pergi ke kota lain untuk urusan bisnis. Aku sih setuju saja. Sore harinya kami jadi pergi ke rumah sakit, dan pulang sudah sehabis maghrib. Seperti biasa aku selalu bersikap sopan dan hormat pada ibu mertuaku.

Dalam perjalan pulang itu, aku memberanikan diri bertanya, “Bu, ngapain sih dulu ibu kok cium Tomy?”.
“Aah, kamu ini kok maih diingat-ingat juga siih”, jawab ibuku sambil memandangku.
“Jelas dong buu…, Kan asyiik”, kataku menggoda.
“Naah, tambah kurang ajar thoo, Ingat Riris lho Tom…, Nanti kedengaran ayahmu juga bisa geger lho Tom”.
“Tapii, sebenarnya kenapa siih bu…, Tomy jadi penasaran lho”.

“Aah, ini anak kok nggak mau diem siih, Tapi eeh…, anu…, Tom, sebenarnya waktu itu, waktu kita jagongan itu, ibu lihat tampangmu itu kok ganteng banget. Hidungmu, bibirmu, matamu yang agak kurang ajar itu kok membuat ibu jadi gemes banget deeh sama kamu. Makanya waktu lampu mati itu, entah setan dari mana, ibu jadi pengin banget menciummu dan merangkulmu. Ibu sebenarnya jadi malu sekali. Ibu macam apa kau ini, masa lihat menantunya sendiri kok blingsatan”.
“Mungkin, setannya ya Tomy ini Bu…, Saat ini setannya itu juga deg-degan kalau lihat ibu mertuanya. Ibu boleh percaya boleh tidak, kadang-kadang kalau Tomy lagi sama Riris, malah bayangin Ibu lho. Bener-bener nih. Sumpah deh. Kalau Ibu pernah bayangin Tomy nggak kalau lagi sama Bapak”, aku semakin berani.

“aah nggak tahu ah…, udaah…, udaah…, nanti kalau keterusan kan nggak baik. Hati-hati setirnya. Nanti kalau nabrak-nabrak dikiranya nyetir sambil pacaran ama ibu mertuanya. Pasti ibu yang disalahin orang, Dikiranya yang tua niih yang ngebet”, katanya.

“Padahal dua-duanya ngebet lo Bu. Buu, maafin Tomy deeh. Tomy jadi pengiin banget sama ibu lho…, Gimana niih, punya Tomy sakit kejepit celana nihh”, aku makin berani.
“Aduuh Toom, jangan gitu dong. Ibu jadi susah nih. Tapi terus terang aja Toom.., Ibu jadi kayak orang jatuh cinta sama kamu.., Kalau udah begini, udah naik begini, ibu jadi pengin ngeloni kamu Tom…, Tom kita cepat pulang saja yaa…, Nanti diterusin dirumah…, Kita pulang ke rumahmu saja sekarang…, Toh lagi kosong khan…, Tapi Tom menggir sebentar Tom, ibu pengen cium kamu di sini”, kata ibu dengan suara bergetar.

ooh aku jadi berdebar-debar sekali. Mungkin terpengaruh juga karena aku sudah satu minggu tidak bersetubuh dengan istriku. Aku jadi nafsu banget. Aku minggir di tempat yang agak gelap. Sebenarnya kaca mobilku juga sudah gelap, sehingga tidak takut ketahuan orang. Aku dan ibu mertuaku berangkulan, berciuman dengan lembut penuh kerinduan. Benar-benar, selama ini kami saling merindukan.

“eehhm…, Toom ibu kangen banget Toom”, bisik ibu mertuaku.
“Tomy juga buu”, bisikku.
“Toom…, udah dulu Tom…, eehmm udah dulu”, napas kami memburu.
“Ayo jalan lagi…, Hati-hati yaa”, kata ibu mertuaku.
“Buu penisku kejepit niih…, Sakit”, kataku.
“iich anak nakal”, Pahaku dicubitnya.
“Okey…, buka dulu ritsluitingnya”, katanya.
Cepat-cepat aku buka celanaku, aku turuni celana dalamku. Woo, langsung berdiri tegang banget. Tangan kiri ibu, aku tuntun untuk memegang penisku.

“Aduuh Toom. Gede banget pelirmu…, Biar ibu pegangin, Ayo jalan. Hati-hati setirnya”.
Aku masukkan persneling satu, dan mobil melaju pulang. Penisku dipegangi ibu mertuaku, jempolnya mengelus-elus kepala penisku dengan lembut. Aduuh, gelii… nikmat sekali. Mobil berjalan tenang, kami berdiam diri, tetapi tangan ibu terus memijat dan mengelus-elus penisku dengan lembut.

Sampai di rumahku, aku turun membuka pintu, dan langsung masuk garasi. Garasi aku tutup kembali. Kami bergandengan tangan masuk ke ruang tamu. Kami duduk di sofa dan berpandangan dengan penuh kerinduan. Suasana begitu hening dan romantis, kami berpelukan lagi, berciuman lagi, makin menggelora. Kami tumpahkan kerinduan kami. Aku ciumi ibu mertuaku dengan penuh nafsu. Aku rogoh buah dadanya yang selalu aku bayangkan, aduuh benar-benar besar dan lembut.
“Buu, Tomy kangen banget buu…, Tomy kangen banget”.

“Aduuh Toom, ibu juga…, Peluklah ibu Tom, peluklah ibu” nafasnya semakin memburu.
Matanya terpejam, aku ciumi matanya, pipinya, aku lumat bibirnya, dan lidahku aku masukkan ke mulutnya. Ibu agak kaget dan membuka matanya. Kemudian dengan serta-merta lidahku disedotnya dengan penuh nafsu.

“Eehhmm.., Tom, ibu belum pernah ciuman seperti ini…, Lagi Tom masukkan lidahmu ke mulut ibu”
Ibu mendorongku pelan, memandangku dengan mesra. Dirangkulnya lagi diriku dan berbisik, “Tom, bawalah Ibu ke kamar…, Enakan di kamar, jangan disini”.
Dengan berangkulan kami masuk ke kamar tengah yang kosong. Aku merasa tidak enak di tempat tidur kami. Aku merasa tidak enak dengan Riris apabila kami memakai tempat tidur di kamar kami.
“Bu kita pakai kamar tengah saja yaa”.

“Okey, Tom. Aku juga nggak enak pakai kamar tidurmu. Lebih bebas di kamar ini”, kata ibu mertuaku penuh pengertian. Aku remas pantatnya yang bahenol.
“iich.., dasar anak nakal”, ibu mertuaku merengut manja.

Kami duduk di tempat tidur, sambil beciuman aku buka pakaian ibu mertuaku. Aku sungguh terpesona dengan kulit ibuku yang putih bersih dan mulus dengan buah dadanya yang besar menggantung indah. Ibu aku rebahkan di tempat tidur. Celana dalamnya aku pelorotkan dan aku pelorotkan dari kakinya yang indah. Sekali lagi aku kagum melihat vagina ibu mertuaku yang tebal dengan bulunya yang tebal keriting. Seperti aku membayangkan selama ini, vagina ibu mertuaku benar menonjol ke atas terganjal pantatnya yang besar. Aku tidak tahan lagi memandang keindahan ibu mertuaku telentang di depanku. Aku buka pakaianku dan penisku sudah benar-benar tegak sempurna. Ibu mertuaku memandangku dengan tanpa berkedip. Kami saling merindukan kebersamaan ini. Aku berbaring miring di samping ibu mertuaku. Aku ciumi, kuraba, kuelus semuanya, dari bibirnya sampai pahanya yang mulus.

Aku remas lembut buah dadanya, kuelus perutnya, vaginanya, klitorisnya aku main-mainkan. Liangnya vaginanya sudah basah. Jariku aku basahi dengan cairan vagina ibu mertuaku, dan aku usapkan lembut di clitorisnya. Ibu menggelinjang keenakan dan mendesis-desis. Sementara peliku dipegang ibu dan dielus-elusnya. Kerinduan kami selama ini sudah mendesak untuk ditumpahkan dan dituntaskan malam ini. Ibu menggeliat-geliat, meremas-remas kepalaku dan rambutku, mengelus punggungku, pantatku, dan akhirnya memegang penisku yang sudah siap sedia masuk ke liang vagina ibu mertuaku.

“Buu, aku kaangen banget buu…, Tomyy kanget banget…, Tomy anak nakal buu..”, bisikku.
“Toom…, ibu juga. sshh…, masukin Toom…, masukin sekarang…, Ibu sudah pengiin banget Toom, Toomm…”, bisik ibuku tersengal-sengal. Aku naik ke atas ibu mertuaku bertelakn pada siku dan lututku.

Tangan kananku mengelus wajahnya, pipinya, hidungnya dan bibir ibu mertuaku. Kami berpandangan. Berpandangan sangat mesra. Penisku dituntunnya masuk ke liang vaginanya yang sudah basah. Ditempelkannya dan digesek-gesekan di bibir vaginanya, di clitorisnya. Tangan kirinya memegang pantatku, menekan turun sedikit dan melepaskan tekanannya memberi komando penisku.
Kaki ibu mertuaku dikangkangnya lebar-lebar, dan aku sudah tidak sabar lagi untuk masuk ke vagina ibu mertuaku. Kepala penisku mulai masuk, makin dalam, makin dalam dan akhirnya masuk semuanya sampai ke pangkalnya. Aku mulai turun naik dengan teratur, keluar masuk, keluar masuk dalam vagina yang basah dan licin. Aduuh enaak, enaak sekali.
“Masukkan separo saja Tom. Keluar-masukkan kepalanya yang besar ini…, Aduuh garis kepalanya enaak sekali”.

Nafsu kami semakin menggelora. Aku semakin cepat, semakin memompa penisku ke vagina ibu mertuaku. “Buu, Tomy masuk semua, masuk semua buu”
“Iyaa Toom, enaak banget. Pelirmu ngganjel banget. Gede banget rasane. Ibu marem banget” kami mendesis-desis, menggeliat-geliat, melenguh penuh kenikmatan. Sementara itu kakinya yang tadi mengangkang sekarang dirapatkan.
Aduuh, vaginanya tebal banget. Aku paling tidak tahan lagi kalau sudah begini. Aku semakin ngotot menyetubuhi ibu mertuaku, mencoblos vagina ibu mertuaku yang licin, yang tebal, yang sempit (karena sudah kontraksi mau puncak). Bunyinya kecepak-kecepok membuat aku semakin bernafsu. Aduuh, aku sudah tidak tahan lagi.

“Buu Tomy mau keluaar buu…, Aduuh buu.., enaak bangeet”.
“ssh…, hiiya Toom, keluariin Toom, keluarin”.
“Ibu juga mau muncaak, mau muncaak…, Toomm, Tomm, Teruss Toomm”, Kami berpagutan kuat-kuat. Napas kami terhenti. Penisku aku tekan kuat-kuat ke dalam vagina ibu mertuaku.
Pangkal penisku berdenyut-denyut. menyemprotlah sudah spermaku ke vagina ibu mertuaku. Kami bersama-sama menikmati puncak persetubuhan kami. Kerinduan, ketegangan kami tumpah sudah. Rasanya lemas sekali. Napas yang tadi hampir terputus semakin menurun.
Aku angkat badanku. Akan aku cabut penisku yang sudah menancap dari dalam liang vaginanya, tetapi ditahan ibu mertuaku.

“Biar di dalam dulu Toom…, Ayo miring, kamu berat sekali. Kamu nekad saja…, masa’ orang ditindih sekuatnya”, katanya sambil memencet hidungku. Kami miring, berhadapan, Ibu mertuaku memencet hidungku lagi, “Dasar anak kurang ajar…, Berani sama ibunya.., Masa ibunya dinaikin, Tapi Toom…, ibu nikmat banget, ‘marem’ banget. Ibu belum pernah merasakan seperti ini”.
“Buu, Tomy juga buu. Mungkin karena curian ini ya buu, bukan miliknya…, Punya bapaknya kok dimakan. Ibu juga, punya anakya kok ya dimakan, diminum”, kataku menggodanya.
“Huush, dasar anak nakal.., Ayo dilepas Toom.., Aduuh berantakan niih Spermamu pada tumpah di sprei, Keringatmu juga basahi tetek ibu niih”.
“Buu, malam ini ibu nggak usah pulang. Aku pengin dikelonin ibu malam ini. Aku pengin diteteki sampai pagi”, kataku.

“Ooh jangan cah bagus…, kalau dituruti Ibu juga penginnya begitu. Tapi tidak boleh begitu. Kalau ketahuan orang bisa geger deeh”, jawab ibuku.
“Tapi buu, Tomy rasanya emoh pisah sama ibu”.
“Hiyya, ibu tahu, tapi kita harus pakai otak dong. Toh, ibu tidak akan kabur.., justru kalau kita tidak hati-hati, semuanya akan bubar deh”.

Kami saling berpegangan tangan, berpandangan dengan mesra, berciuman lagi penuh kelembutan. Tiada kata-kata yang keluar, tidak dapat diwujudkan dalam kata-kata. Kami saling mengasihi, antara ibu dan anak, antara seorang pria dan seorang wanita, kami tulus mengasihi satu sama lain.
Malam itu kami mandi bersama, saling menyabuni, menggosok, meraba dan membelai. Penisku dicuci oleh ibu mertuaku, sampai tegak lagi.

“Sudaah, sudaah, jangan nekad saja. Ayo nanti keburu malam”.

Malam itu sungguh sangat berkesan dalam hidupku. Hari-hari selanjutnya berjalan normal seperti biasanya. Kami saling menjaga diri. Kami menumpahkan kerinduan kami hanya apabila benar-benar aman. Tetapi kami banyak kesempatan untuk sekedar berciuman dan membelai. Kadang-kadang dengan berpandangan mata saja kami sudah menyalurkan kerinduan kami. Kami semakin sabar, semakain dewasa dalam menjaga hubungan cinta-kasih kami.. TAMAT.- INIDEWA


Info lebih lanjut hubungi kami di www.inidewa.info
♣ PIN BBM   : D8975889
♣ LINE      : inidewa
♣ Whats App : +85595658445
♣ WE-CHAT   : ini_Dewa
♣ Link Alternatif Resmi : www.inidewa.biz
Ayooo Buruan Menangkan Jackpot Hingga Ratusan Juta Rupiah Hanya Di inidewa.biz


Cerita Sex mesum dengan siswi cantik yang lagi maggang

INIDEWA - Dulu aku sempat bekerja di sebuah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang automotive di daerah Bekasi. Ditempat itu, sebut saja PT. BT, jumlah karyawannya cukup banyak. Tapi bukan itu yang menyebabkan aku menurunkan tulisan ini. Selain karyawan, disana terdapat beberapa siswi yang sedang melakukan PKL. Diantara siswi tersebut, salah satu diantaranya, telah membuat aku seperti kembali merasakan cinta (yang dulu pernah hilang bersama Galuh). Siswi tersebut, kita sebut saja namanya Muti, diperbantukan di departemen Personalia, sedangkan aku, bekerja di departemen PPIC.

Sebenernya ruang kerja kami agak berjauhan, tetapi karena sama-sama mengerjakan jenis pekerjaan yang menyangkut dengan data, maka setiap hari, kami selalu bertemu ditempat foto copy. Awalnya sih, aku hanya sekedar mengagumi kecantikannya, karena dengan hidung yang bangir, bentuk bibir yang sensual, dihiasi lesung pipit di kedua pipinya, membuat semua yang ada didirinya terlihat sempurna. Hari demi hari kami terlihat semakin akrab, bahkan banyak teman-temanku yang menyangka kalau aku sedang PDKT dengannya. Semua anggapan temanku, tidak terlalu aku pikirkan, karena aku merasa, Muti disini sedang belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh sekolahnya, dan sebagai seorang karyawan di PT. BT, aku hanya sekedar membimbing dan membantu, jika seandainya ada sesuatu hal yang dia belum mengerti. Hampir dua minggu aku mengenalnya, ternyata sikap dan kelakuannya semakin membuat aku terpesona.




Ketika aku mendengar gurauan salah seorang temanku, yang mengatakan kalau dia berani memberi Rp. 500.000,- kepada Muti, jika Muti mau menemaninya selama 2 jam, perasaanku malah semakin care sama si Muti. Timbul perasaaan cemburu ketika mendengar gurauan itu. Namun aku tidak berani untuk mengungkapkannya, karena saat itu diantara aku dan Muti, tidak mempunyai hubungan yang terlalu istimewa. Akupun merasa wajar, jika temanku berkata demikian, karena dengan wajah secantik itu, jika memang Muti memanfaatkan tubuhnya, mungkin harganya bisa diatas Rp. 350.000, per dua jam (harga tersebut diatas, adalah harga rata-rata seorang massage girl yang sudah dianggap cantik).

Suatu ketika, bersama seorang temannya yang bernama Emma, Muti menuju meja kerjaku, awalnya sih bertanya tentang sesuatu yang ada hubungannya dengan keperluannya, mungkin karena merasa sudah akrab, Muti juga bertanya tentang no. HP ku, alasannya sih biar gampang saja, kalau nanti dia mau nanya sesuatu. Sambil tetap memperhatikan monitor, aku menyebutkan satu persatu nomernya. Ketika mereka ikut memperhatikan cara kerjaku, tiba-tiba, “buukkk..” tanpa sengaja, tangan Emma menyenggol buku yang aku simpan disisi meja. Aku langsung mengambil bukunya dengan cara berjongkok. Alamak.. ketika berjongkok, tanpa sengaja sudut mataku melihat sesuatu yang sangat indah, dua pasang paha mulus terpampang didepan wajahku.

Bukan hanya itu, karena posisi kaki Muti ketika duduk, agak mengangkang, maka ketika ku perhatikan, dipangkal pahanya terlihat pemandangan yang cukup menggelitik kelelakianku. Ku lihat dia memakai CD berwarna Pink, dengan hiasan renda di sisinya. Mungkin karena mereka terlalu fokus memperhatikan hasil pekerjaanku, mereka tidak menyadari (atau memang sengaja?) kalau di bawah meja, aku sedang menikmati apa yang seharusnya mereka tutupi. Karena takut mengundang kecurigaan dari teman sekerjaku, terpaksa aku kembali duduk dan menerangkan tentang cara kerja di PT. BT kepada Muti dan Emma. Namun kejadian yang baru saja aku alami, tetap mengganggu pikiranku. Mungkin karena aku tidak konsentrasi dengan apa yang sedang kami bicarakan, Muti bertanya.

“Pak, kok kadang-kadang ngejelasinnya tidak nyambung sih..”. Sebenarnya aku malu mendapat pernyataan seperti itu, namun karena merasa sudah akrab, aku berbisik kepada Muti dan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Bukannya malu, Muti malah tersenyum mendengarnya.
“Kenapa tidak disentuh saja Pak, biar tidak penasaran”, goda Muti. Emma yang tidak tahu apa-apa, hanya bengong mendengar pembicaraan kami. Sebagai seorang lelaki, mendengar penawaran Muti, aku malah berpikir yang tidak-tidak, dan membayangkan apa yang ada dibalik CD nya itu. Namun semuanya berusaha aku redam, karena walau bagaimanapun, di PT. BT ini, aku harus JAIM (Jaga Imej), agar aku tidak mendapatkan masalah. Bel istirahatpun berbunyi, dan kami langsung menuju kantin untuk makan siang. Baru saja aku selesai makan, Muti mendekatiku dan berbisik “besok Bapak saya tunggu di Hero sekitar jam 09.00 pagi, ada yang ingin saya bicarakan, saya tunggu didepan ATM”. Walau singkat, tapi tetap membuatku bertanya-tanya, sebenarnya apa-yang akan dibicarakan? Mengapa waktunya hari sabtu, padahal kan setiap hari sabtu PT. BT libur.

Mengapa dia berbisik sangat pelan kepadaku, apa takut terdengar yang lainnya?. Besoknya, dengan tetap berpakaian rapi (seperti jika mau berangkat kerja), aku mengeluarkan motorku dan beralasan lembur kepada kedua orang tuaku. Menunggu adalah hal yang sangat membosankan, karena sampai di Hero, jam baru menunjukkan angka 07.30, Setelah mencari sarapan, sambil ngerokok, aku iseng-iseng ikut ngantri ATM, padahal cuma mau liat saldo doang, karena uang yang ada di dompetku, masih ada sekitar Rp. 400.000,-. Dari jauh, aku sudah tahu kalau gadis yang menuju kearahku adalah si Muti, dan pagi ini, dia terlihat sangat sexy, karena Muti hanya mengenakan kaos dan celana jeans ketat.

“Udah lama ya Pak? Kan Muti janjinya jam 09.00, sekarang baru jam 08.45, Muti tidak salah khan?”, “Jangan panggil aku Bapak dech Mut, aku kan belum nikah, dan ini bukan di kantor, panggil namaku saja dech, biar bisa lebih akrab”.
“Ok deh Pak, eh Fik”, sambil tersenyum Muti langsung menggandeng tanganku.
“Fik, enaknya kita ke mana yach”, tanya Muti.
“Terserah, emang mau ngomongin apaan, kayaknya pribadi banget”.
“Ngga juga, Muti seneng saja kalau deket ama Fik, kenapa ya?” “Mau tahu jawabannya”, candaku.
“Ngga usah Fik, Muti juga udah tahu, Muti rasa Muti menyukai Fik”, jawab Muti polos.

Tanpa disadari, mungkin karena saking senengnya, aku yang sejak awal memang mengagumi Muti, langsung memeluknya. Mendapat perlakuan begitu, Muti mencoba melepaskannya, dan mengingatkan, kalau kita masih ada dilokasi umum, tidak enak terlihat banyak orang. Akhirnya kami memutuskan mencari tempat yang cocok untuk berduaan. Tapi karena yang aku tahu cuma hotel tempat satu-satunya yang cocok untuk berduaan tanpa takut terlihat orang lain, walau terlihat agak ragu, Muti akhirnya menyanggupinya. Sekitar jam 09.30, kami sudah sampai di front office hotel BI, dan mengambil sebuah kamar dengan fasilitas TV dan AC. Dengan agak ragu Muti memasuki pintu kamar (mungkin karena baru pertama kalinya), dan dia agak terkejut melihat fasilitas yang terdapat di dalamnya. Apalagi ketika dia melihat kamar mandinya.

“Enak juga ya Fik, kita bisa ngobrol berduaan disini, tanpa takut akan terdengar atau terlihat oleh orang lain”. Muti langsung merebahkan badannya ke ranjang, dan mencari siaran TV yang khusus menyiarkan acara musik. Kebetulan banget lagunya adalah lagu-lagu romantis, yang secara tidak langsung, ikut mempengaruhi suasana hati kami. Lewat aiphone, aku memesan makanan dan soft drink. Ketika aku menyalakan rokok, terdengar suara room boy mengetuk pintu dan mengantarkan pesananku. Aku mendekati Muti yang sedang rebahan, maksudnya sih mau nawarin makanan, tapi Muti langsung bangun dan bertanya.

“Fik, apakah Muti salah bila Muti mencintai Fik, Muti sebenernya malu mengakuinya, tapi bila tidak diungkapkan, Muti takut kalau Fik tidak mengetahui apa sebenernya yang Muti harapkan. Maafin Muti yach, Muti udah ngerepotin Fik, padahal kan sekarang waktunya libur dan istirahat, tapi Muti malah meminta Fik menemui Muti”. Aku terharu juga mendengar kejujuran dan kepolosannya, akhirnya setelah mendengarkan semua tentang apa yang ada dihatinya, sambil membelai rambutnya (agar perasaannya menjadi lebih tenang), aku pun berusaha meyakinkannya, bahwa semua yang dialami, adalah wajar, jika seseorang mencintai lawan jenisnya, dan tidak ada yang namanya salah, jika sudah menyangkut perasaan hati.

Ketika dia menatapku dengan tatapan yang tajam, secara perlahan aku mencium keningnya. Tapi ternyata, yang kulakukan itu malah membuat Muti berani untuk membalas ciumanku. Dia langsung melumat bibirku, dan seperti seseorang yang tidak mau kehilangan sesuatu, dia memelukku dengan erat sekali. Sambil terus menikmati bibirku, tangannya terus mengelus dan mengusap seluruh bagian tubuhku. Mungkin beginilah cara dia mengungkapkan rasa sayangnya terhadap diriku. Tapi sekarang aku yang bingung, karena dengan melihatnya bentuk tubuhnya saja (waktu di kantor), bisa membuat aku “konak”, sekarang seluruh tubuhnya sudah melekat erat ditubuhku (walau masih memakai pakaian lengkap).

Kedua payudaranya terasa makin mengeras, akhirnya kuputuskan untuk menikmati keadaan ini, karena jujur saja, kadang-kadang, dulu akupun sering menghayalkan betapa nikmatnya jika bercumbu dengan si Muti, apalagi jika berjalan di belakangnya, goyangan pantatnya ngajakin kita jual tanah (maksudnya ntar duitnya buat ngebayarin pantatnya, he.. he.. he..). tanganku mulai berusaha membuka kaosnya, karena aku tidak mau pandanganku yang tertuju kepada kedua payudaranya, terhalang oleh kaos yang ia kenakan. Pelan namun pasti, akhirnya bukan hanya kaosnya yang berhasil aku buka, BH nya pun sudah aku lepaskan. Sejenak aku terpana melihat keindahan bentuk payudaranya itu, namun hanya sebentar, karena aku ingin segera menikmati dan merasakan keindahan itu, kuremas kedua susunya, dengan mesra aku mulai menghisap putingnya yang sudah agak mengeras dan berwarna kecoklatan. Kucium dan kujilati bagian tubuhnya, mulai dari leher, terus bergerak turun dan menuju putingnya kembali.

“Yaa.. hisap terus sayaangg.. aacchh.. ennaakk banget Fik.. geli.. tapi nick..maaattt.. teeeruuus.. aaccchhh..” Muti terus meracau menikmatinya. Aku terus merangsangnya, dan mencoba membuka celana jeans yang dipakainya, lantaran jeans yang dikenakannya sangat ketat, aku kesulitan untuk membukanya, untungnya Muti mengerti, dengan agak mengangkat pantatnya, dia mulai mencoba menurunkan jeansnya sendiri. Dengan sabar, aku menunggu dan terus mempermainkan susunya. Setelah jeansnya terlepas, tangan Muti berusaha untuk membuka semua yang aku kenakan. Satu persatu jari tangannya membuka kancing kemejaku, dan setelah berhasil membuka baju dan celana yang aku pakai, Muti hanya menyisakan CD saja yang masih melekat ditubuhku.

Mungkin dia masih ragu untuk membukanya, karena diapun masih mengenakan CD. Walau diwajahnya terlihat, kalau dia sedang diamuk birahi, namun dia masih bisa menguasai pikirannya, aku yakin dia merasa takut di cap sebagai cewe yang agresif dan takut jika aku tidak menyukai tindakannya. Namun aku tetap menikmati suasana yang terjadi di dalam kamar hotel ini. Aku terus merangsang birahinya, ciumanku aku arahkan kedaerah perutnya, terus kebawah menyusuri lubang pusarnya, dan kedua tanganku, bergerak untuk membuka CD yang masih melekat ditubuhnya.

Secara perlahan aku mencoba membuka CD nya, sambil terus mencumbunya, aku menciumi setiap daerah yang baru telihat ketika CD nya mulai bergerak turun. Muti sangat menikmati semua sentuhan yang aku berikan, bahkan ketika CD nya telah terlepas, dan aku mulai menjilati memeknya, dia terus mendesah dan malah membuka pahanya lebar-lebar agar lidahku bisa menjilati bagian dalam memeknya. Dengan keharuman yang khas, memek itu telah membuat aku betah berlama-lama mencumbuinya. Aku terus menjilati, dan dengan jari telunjukku, aku coba merangsang dia dengan memainkan kelentitnya. Semakin aku percepat memainkan jari telunjukku, semakin cepat pula dia menggoyangkan pantatnya. Muti terus mendesah dan meracau tak karuan.

“Aacchhhh.. terus sayang.. nikmatnya.. teruzzsss.. lebih ke dalam lagi Fik.. teruuzzss.. yacchhh.. benar.. jilati terus yang.. itu.. sayang.. accchhh”. Karena rangsangan yang dia terima makin hebat, pantatnya bukan hanya digoyang-goyangkan, tapi malah diangkat-angkat ke atas, mungkin tujuannya agar lubang memeknya yang lebih dalam ikut tersentuh oleh lidahku. Dengan bantuan jari-jariku, aku terus mengaduk-aduk isi memek Muti, aku sentuh G-Spotnya secara perlahan, dia langsung menggelinjang, lalu kuelus G-Spotnya nya dengan jari tengahku, Muti makin liar, seperti orang yang sedang ngigau, dia meracau tak karuan, tak jelas suara apa yang keluar dari mulutnya, karena yang aku tahu, lubang memeknya sudah sangat basah oleh cairan kemaluannya, seluruh tubuhnya seperti menegang, tapi itu tak berlangsung lama, karena, dirinya langsung terdiam dan tergolek dengan lemas.

Melihat Muti sudah mencapai orgasme, aku berusaha untuk tenang, tetapi kontolku sudah sangat tegang (walau masih tertutup oleh CD) dan ingin segera merasakan nikmatnya memek Muti. Aku segera mencium dan menjilati “lubang surga” itu, agar Muti bisa merasakan apa yang namanya multi orgasme. Usahaku ternyata berhasil, karena hanya dalam beberapa menit, tubuhnya kembali bergetar dan menegang. Diiringi desahannya yang sangat menggairahkan, Muti kembali merasakan kenikmatan itu. Karena beberapa kali mengalami orgasme, Muti terlihat sangat lelah, meski tak dikemukakan, terlihat jelas bahwa dia sangat puas dengan oral yang aku lakukan.

Dengan tersenyum, dia mencoba untuk melepaskan CD yang masih melekat ditubuhku. Tanpa ragu, dia mulai menjilat dan mengulum kontolku. Mendapat perlakuan seperti itu, aku yang semula mendominasi permainan, hanya diam saja menikmati permainan Muti. Dengan bibir indahnya, dia mengulum dan mengeluar masukan kontolku ke dalam mulutnya, dan sesekali, dengan menggunakan kelembutan lidahnya, dia mengusap dan menjilat kepala kontolku. Gila.. ternyata Muti bukan hanya indah buat dilihat, ternyata Muti mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam merangsang dan memanjakan kita dalam permainan seksnya.

Aku berusaha agar tidak sampai kebobolan ketika dia melakukan oral terhadapku, namun kenyataannya, semua spermaku telah memenuhi mulutnya, ketika secara reflek, aku menjambak rambut dan menarik kepalanya sambil mendesah menahan kenikmatan saat spermaku akan keluar. Tanpa perasaan jijik, Muti menelan semua sperma yang ada di dalam mulutnya, seperti tidak puas, dia menjilati kontolku yang masih ada sisa-sisa spermanya.

“Fik, enak juga ya rasa sperma lo, gurih-gurih gimana gitu..”, kata Muti memuji. Aku hanya tertawa sebentar mendengarnya, karena bola mataku tetap memandang lekuk-lekuk tubuh Muti yang telanjang tanpa sehelai benangpun menutupinya. Kuperhatikan lagi “lembah” yang dihiasi oleh bulu-bulu halus itu, ternyata, warnanya agak memerah, mungkin karena tergesek oleh lidah dan jari-jariku.

“Makasih ya Mut..”, kataku sambil menciumi memeknya.
“Fik, boleh tidak kalau Muti minta memek Muti di jilatin lagi, abis enak banget sih..”, tanya Muti sambil memohon.

“Boleh saja sih, tapi boleh tidak kalau Fik ngentot Muti, soalnya kontol Fik udah tidak kuat nich, pengen buru-buru berada di dalam memek Muti. Boleh yach?” “Muti takut Fik, kata temen-temen Muti, rasanya sakit banget, tidak mau ah.. ntar kalau sakit gimana?”, tolak Muti.

“Pokoknya Muti rasain saja nanti, Fik apa temen Muti yang salah”, kataku sambil mulai menjilati memek Muti. Dengan melebarkan pahanya, dan mempergunakan kedua tangannya, Muti membantu melebarkan memeknya agar mempermudah ku di dalam mencumbui memeknya. Kujilati klitnya hingga dia menggelinjang tak karuan menahan rasa nikmat yang dia terima. Sengaja aku terus menjilati klitnya, agar dia diamuk oleh gairahnya sendiri, ketika kulihat tubuhnya mulai menegang, dan mengalami orgasme, entah untuk yang keberapa kali, aku langsung memindahkan cumbuanku kedaerah putingnya yang sudah sangat kencang. Kuciumi bagian bawah susunya, kusedot dan kumainkan lidahku di daerah tersebut.

“Fik.. enak sekali sayang.. acchhh.. ooohhhh..” Muti menggelepar menahan birahinya yang semakin besar. Kulihat jari lentik Muti mulai bermain dibibir kemaluannya sendiri, dia terus mengelus, dan sekali-sekali memasukan jarinya ke dalam lubang memeknya yang sudah sangat basah karena banyaknya cairan pelicin yang keluar dari dalam memeknya memeknya. Sambil tetap membenamkan wajahku diantara dua gunungnya, tanganku secara perlahan menarik tangan Muti yang sedang asik mengeluar masukan jarinya.

Awalnya dia menolak, tapi ketika aku bimbing jarinya kearah kontolku, Muti langsung menggenggam dan mengocoknya. Setelah agak lama, aku meminta Muti agar dia berada diatas tubuhku yang sudah dalam posisi berbaring. Dengan perlahan, dia menaiki tubuhku. Sengaja aku menggesek-gesekan kontolku diantara lubang memeknya, ternyata benar, apa yang aku lakukan telah membuat kenikmatan yang dirasakan oleh Muti makin menjadi-jadi, diapun mulai bergerak menggesekan kontolku ke bagian luar memeknya.

Akhirnya, walau dengan posisi berada di bawah, tanpa sepengetahuan Muti, aku berusaha mengarahkan kontolku agar bisa memasuki lubang memeknya. Muti terus menggerakkan dan menggesekan memeknya, dan tanpa disadarinya, ternyata kepala kontolku mulai bergerak memasuki memeknya ketika dia menggerakan pantatnya dari atas ke bawah.

Terasa lembut sekali ketika kepala kontolku menyentuh bagian dalam dari lubang surganya, ada perasaan nikmat yang sulit untuk diungkapkan, dan tanpa terasa, sudah seluruh bagian kontolku berada di dalamnya. Seperti kesetanan, Muti terus menggoyangkan pantatnya, sesekali terdengar rintihan dan erangannya. Akupun terus mengeluar masukan kontolku ke dalam lubang memeknya (walau agak sulit karena posisiku berada di bawah).

Secara reflek Muti langsung merebahkan tubuhnya diatas tubuhku ketika dia sudah mencapai orgasmenya. Namun karena aku belum orgasme, aku langsung membalikan badannya agar berada di bawah tubuhku. Dengan sedikit santai, aku terus menggerakan “junior”ku, namun karena tubuh Muti yang bersih dan terawat, birahiku tidak bisa mengerti jika aku ingin lebih lama menikmati kemulusan tubuhnya. Akhirnya spermaku keluar di dalam kehangatan lubang memeknya.. TAMAT.- INIDEWA


Info lebih lanjut hubungi kami di www.inidewa.info
♥ PIN BBM   : D8975889
♥ LINE      : inidewa
♥ Whats App : +85595658445
♥ WE-CHAT   : ini_Dewa
♥ Link Alternatif Resmi : www.inidewa.biz
Ayooo Buruan Menangkan Jackpot Hingga Ratusan Juta Rupiah Hanya Di inidewa.biz